Kamis, 27 November 2014

Kemana selanjutnya kaki ini melangkah?



Kadang kita merasa tak tentu arah. Menjalani rutinitas yang ada, membuat lupa bahwa ada hidup yang harus dijalani dengan riang. Bukan melangkah maju yang kita lakukan, tapi berputar di tempat yang sama. Menyadari bahwa terjebak di putaran arus membuat enggan untuk melangkahkan kaki keluar. Terasa lebih nyaman untuk mengikuti arus.

Padahal disadari atau tidak, berdiam diri dan tak bergerak membuat kita perlahan kalah. Tembok besar ada untuk menutupi dan melindungi sebuah hal indah dari pengaruh dunia luar. Kita yang berada di luar tembok seringkali tak sadar bahwa di balik tembok itu akan muncul hal baru. Mencoba acuh dan terus berputar di tempat yang sama.

Mencari tantangan baru dan pengalaman baru itu yang seharusnya kita lakukan. Berjalan memanjat dinding untuk meraih yang belum teraih. Sudahkah kita berusaha melangkahkan kaki dan membuat tantangan baru?

Jika masih terjebak pada rutinitas yang ada, mari kita cermati sejenak seorang "Bayi". Kali inipun kita dapat melihat sebuah langkah dari perjalanan hidup bayi untuk berusaha memanjat tembok itu. Tiap detik ada capaian dan targetan baru yang didesain secara otomatis oleh seorang bayi. Jika hari ini targetnya dalah menangis, maka esok targetnya adalah merangkak hingga nantinya bisa berjalan. Bayangkan bila seorang bayi tidak terprogram untuk berusaha membuat capaian baru, apa jadinya.

Tak ada kata terlambat untuk membuat targetan baru dalam hidup. Yang jelas ini merupakan sebuah pencapaian mencoba keluar dari arus. Belajar dan menggali pengalaman dalam hal lain itu akan semakin membuat langkah kaki kita berada di jalur yang benar. Targetan dan tantangan baru inilah yang akan menuntun langkah kaki kita. Tanpa adanya target maka langkah kaki kita hanya akan berputar di tempat yang sama.

jadi kalau bayi saja selalu membuat sebuah targetan baru disetiap harinya, lalu apa targetan baru kita saat ini?

 
Back To Top