Senin, 22 Desember 2014

Menggenggam Dua Barang dengan satu tangan


Ada kalanya kita dihadapkan pada sebuah realita pahit. Kita mencoba untuk bergerak bebas, tapi sekat ruang dan batas masih mengganggu. Saat ini saya merasakannya. Padatnya jadwal kegiatan yang ada membuat saya harus berfikir ulang mengatur yang ada. Padat bukan berarti banyak kegiatan. Bisa jadi hanya sedikit kegiatan, tapi di salah satu kegiatannya menyita perhatian yang berlebih. Sebenarnya untuk menggenggam satu saja amat sulit, lalu bisakah menggenggam dua barang dalam satu tangan.

Untuk menggenggam banyak hal, ada yang namanya antrian. Selesaikan satunya baru lanjut lainnya. Ini solusi yang tepat menurut sebagian orang. Tapi ketika dipraktekkan tidak akan mudah.

Tenaga kita sudah habis di tugas sebelumnya. Apa bisa berlanjut? Masalah tidak hanya disitu saja. Antrian yang sudah tersusun rapi adakalanya harus hancur karena prioritas yang harus diubah. Mungkin saat ini kegiatan yang sedang dilakukan adalah prioritas utama. Disaaat kegiatan itu belum selesai, takdir prioritas memutuskan berganti. Ini benar-benar menguras psikis kita.

Satu tahapan penting ketika padatnya beban hidup kita melanda, maka wajib memahami ayat alqur-an ini secara seksama

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya....
(QS Al-Baqarah : 286)

Banyaknya beban bukan berarti kita tidak bisa menyelesaikannya, karena jelas bahwa beban yang diberikan kepada kita itu pasti sanggup kita pikul.

Ironi dan pertanyaan membuncah ketika memahami ayat itu. Jika setiap manusia diberi beban yang sanggup dipikul, kenapa banyak yang gagal? Ini pertanyaan yang sering terlontar, bahkan sayapun sering bertanya.

Tapi jika difahami lebih lanjut, ayat ini mengandung makna yang amat dalam. Mari kita baca ulang ayat tadi secara utuh

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."

apa yang bisa ditangkap? Yang terlihat jelas sekali bahwasannya ketika ada ujian berat dan beban sedang begitu penat maka kita harus berdoa. Setelah berdoa, lalu harus apa? Coba cermati lagi!

Kita mendapat pahala dari apa yang kita usahakan, oleh karena itu maka kita wajib berusaha lebih keras. Di Ayat itu juga ditunjukkan bahwa kita harus belajar dari orang-orang sebelum kita. Jangan sampai pengalaman buruk masa lalu terulang kembali. Itulah pentingnya berfikir.

Kembali pada pertanyaan apa benar beban yang kita pikul itu sesuai kemampuan kita? Jawabannya sudah tentu, tinggal bagaimana kita mengelola beban itu.

Mari kita analogikan. Untuk bisa lulus kuliah maka saya harus menjalani serangkaian ujian akhir dan skripsi. Apakah ujian akhir itu diluar batas kemampuan saya? Pasti dosen dan masyarakat sekitar mengatakan bahwa ujian itu sudah sesuai kepasitas seorang mahasiswa yang ingin lulus. Nah begitu juga dengan beban padatnya hidup ini. Beban ini pasti bisa kita pikul dengan caranya masing-masing.

Terjawab sudah semuanya. Bahwa menggenggam dua barang dengan satu tangan itu bukanlah suatu hal yang tidak mungkin. Kita hanya perlu berfikir kreatif berbeda dari cara sebelumnya. Jika sebelumnya hanya membuat antrian tugas untuk dikerjakan. Kita bisa membawa semuanya sekaligus. Bukankah untuk menggenggam dua barang sekaligus kita hanya butuh sebuah keranjang tas...

 
Back To Top